PHP INDONESIA 2015 - BLC TELKOM KLATEN
-SEMINAR NASIONAL PHP INDONESIA 2015
Tema "PELUANG KARIR DAN BISNIS DIBIDANG IT"Hari/tgl : Sabtu, 15 Agustus 2015
Waktu : Jam 8.30 s/d 13.00 wib.
Tempat : Ruang B2 PEMKAB Klaten
Jl.Pemuda No.294 KLATEN Jawa Tengah
Pembicara :
1.Cahyo Sasongko (Master PHP Indonesia)
2.Suro Dhemit (Linux SysAdmin, Linux & Nerworking Trainer, Founder Ayo Belajar Linux Indonesia)
3.April (Senior IT Programmer K-24, PHP Indonesia)
4.Peter Jack Kambey (Software Developer & HRIS PT.Agung Podomoro Land, Tbk, PHP Indonesia)
-JALAN-JALAN.
GREEN VILLAGE GEDANGSARI
MInggu, 16 Agustus 2015
SEtelah beberapa hari kami di sibukan dengan tugas masing-masing sebagai panitia seminar, hari MInggu Pak Peter mengajak kami jalan-jalan.
Start kami mulai
dari BLC Telkom jam 16.00 dengan perjalanan hanya setengah jam.
Pemberhentian pertama kami di Green Village Gedangsari, perjalanan
kesana sungguh menegangkan melewati jalan yang tidak di aspal sampai
melewati batu kapur. Jalan menanjak tinggi namun dengan kekuatan
seadanya kami sampai di lokasi dengan selamat.
Green village gedangsari, Sebuah kawasan alam yang cukup menarik untuk di nikmati dan bisa menjadi salah satu untuk cuci mata menghilangkan penat ada di greend village. Green village ini berada Gedangsari Gunungkidul kini menjadi sorotan dunia sebagai salah satu destinasi baru di perbatasan Klaten dengan Gunungkidul. Obyek ini masih tergolong baru dan sampai di unggahnya info ini terlihat masih dalam pengerjaan dan memang belum kelar.
Sejak Minggu, 7 Juni 2015 Green village di telah menjadi kawasan ijo royo-royo di awali dari pendampingan LSM IRIE Institute reaset of obousment mendampingi desa Mertelu dan pemerintah Gunungkidul, dan BAPENAS mengusulkan 3 desa di Gunungkidul untuk dijadikan desa percontohan.
-EMBUNG, NGLANGGRAN
Senin,17 Agustus 2015
Perjalan kami mulai
lagi start dari BLC Telkom lagi. Perjalanan kami lanjutkan ke arah
Gunungkidul yaitu Nglanggran.
Embung Nglanggeran
adalah sebuah tempat wisata baru yang terletak di Gunung Kidul .
Tepatnya terletak di Dusun Nglanggeran Wetan, Desa Nglanggeran,
Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.Embung
Nglanggeran ini dulunya merupakan sebuah bukit bernama Gunung Gandu.
Kemudian dipotong dan dikeruk untuk dijadikan telaga tadah hujan yang bisa mengairi kebun buah yang ada di sekitarnya. Selain berasal dari air tadah hujan, air embung ini juga berasal dari Sumber Sumurup yang terletak di Gunung Nglanggeran. Karena berasal dari bukit yang dipotong, maka Embung Nglanggeran merupakan telaga yang berada di puncak bukit. Embung adalah istilah yang biasa digunakan oleh orang Jawa untuk menyebut telaga buatan yang fungsi utamanya adalah sebagai sarana pengairan.
Embung Nglanggeran diresmikan oleh Sultan Hamengku Buwono X pada 19 Februari 2013. dengan membayar restribusi Rp3000 per orang anda sudah bisa menikmati keindahan Embung Nglanggeran ini. Tapi di Embung Nglanggeran ini , anda tidak boleh memancing, mandi-mandi atau naik sampan. Tapi walaupun demikian, Embung ini tetap asyik untuk dinikmati apabila anda datang di waktu yang tepat. Misalnya pada waktu matahari akan tenggelam. Karena Embung Nglanggeran merupakan salah satu tempat terbaik untuk menyaksikan sunset di Yogyakarta.
Embung Nglanggeran juga menyuguhkan pemandangan yang cantik. Sebuah hamparan beningnya danau ada di depan mata, berpadu dengan hijaunya perbukitan dan berada di atas ketinggian. Sungguh indah dan mempesona. perjalanan menuju lokasi Embung Nglanggeran sangat memacu adrenalin. Karena anda harus melewati perkampungan, jalan yang menanjak dengan diapit tebing-tebing bebatuan tua. Embung Nglanggeran mudah dicapai dari Jogja. Bila anda membawa kendaraan pribadi, anda cukup mengikuti jalan Wonosari, sesampainya di pertigaan Polsek Patuk, anda harus belok kanan menuju Gunung Api Purba Nglanggeran.
Tidak sulit untuk sampai ke Embung Nlanggeran karena banyak petunjuk yang jelas yang bisa membawa anda ke sana. Sedangkan jika anda ingin naik kendaraan umum, dari Jogja silahkan anda naik bus jurusan Jogja-Wonosari. Naik dari Teminal Giwangan atau dari Perempatan Ketandan. Setelah itu anda turun di Patuk dan kemudian dilanjutkan dengan naik ojek. Dan kemudian untuk sampai ke Embung yang terletak 500 meter di atas permukaan laut, anda harus mendaki puluhan anak tangga yang berkelak-kelok
Kemudian dipotong dan dikeruk untuk dijadikan telaga tadah hujan yang bisa mengairi kebun buah yang ada di sekitarnya. Selain berasal dari air tadah hujan, air embung ini juga berasal dari Sumber Sumurup yang terletak di Gunung Nglanggeran. Karena berasal dari bukit yang dipotong, maka Embung Nglanggeran merupakan telaga yang berada di puncak bukit. Embung adalah istilah yang biasa digunakan oleh orang Jawa untuk menyebut telaga buatan yang fungsi utamanya adalah sebagai sarana pengairan.
Embung Nglanggeran diresmikan oleh Sultan Hamengku Buwono X pada 19 Februari 2013. dengan membayar restribusi Rp3000 per orang anda sudah bisa menikmati keindahan Embung Nglanggeran ini. Tapi di Embung Nglanggeran ini , anda tidak boleh memancing, mandi-mandi atau naik sampan. Tapi walaupun demikian, Embung ini tetap asyik untuk dinikmati apabila anda datang di waktu yang tepat. Misalnya pada waktu matahari akan tenggelam. Karena Embung Nglanggeran merupakan salah satu tempat terbaik untuk menyaksikan sunset di Yogyakarta.
Embung Nglanggeran juga menyuguhkan pemandangan yang cantik. Sebuah hamparan beningnya danau ada di depan mata, berpadu dengan hijaunya perbukitan dan berada di atas ketinggian. Sungguh indah dan mempesona. perjalanan menuju lokasi Embung Nglanggeran sangat memacu adrenalin. Karena anda harus melewati perkampungan, jalan yang menanjak dengan diapit tebing-tebing bebatuan tua. Embung Nglanggeran mudah dicapai dari Jogja. Bila anda membawa kendaraan pribadi, anda cukup mengikuti jalan Wonosari, sesampainya di pertigaan Polsek Patuk, anda harus belok kanan menuju Gunung Api Purba Nglanggeran.
Tidak sulit untuk sampai ke Embung Nlanggeran karena banyak petunjuk yang jelas yang bisa membawa anda ke sana. Sedangkan jika anda ingin naik kendaraan umum, dari Jogja silahkan anda naik bus jurusan Jogja-Wonosari. Naik dari Teminal Giwangan atau dari Perempatan Ketandan. Setelah itu anda turun di Patuk dan kemudian dilanjutkan dengan naik ojek. Dan kemudian untuk sampai ke Embung yang terletak 500 meter di atas permukaan laut, anda harus mendaki puluhan anak tangga yang berkelak-kelok
-CANDI IJO
Senin, 17 Agustus 2105
Senin, 17 Agustus 2105
perjalanan kami
lanjutkan lagi yaitu ke Candi Ijo.
Menyusuri jalan menuju bagian selatan kompleks Istana Ratu Boko
adalah sebuah perjalanan yang mengasyikkan, terutama bagi penikmat
wisata budaya. Bagaimana tidak, bangunan candi di sana bertebaran bak
cendawan di musim hujan. Satu diantaranya yang belum banyak menjadi
perbincangan adalah Candi Ijo, sebuah candi yang letaknya paling
tinggi di antara candi-candi lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.Candi Ijo dibangun sekitar abad ke-9, di sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Hijau atau Gumuk Ijo yang ketinggiannya sekitar 410 m di atas permukaan laut. Karena ketinggiannya, maka bukan saja bangunan candi yang bisa dinikmati tetapi juga pemandangan alam di bawahnya berupa teras-teras seperti di daerah pertanian dengan kemiringan yang curam. Meski bukan daerah yang subur, pemandangan alam di sekitar candi sangat indah untuk dinikmati.
Kompleks candi terdiri dari 17 struktur bangunan yang terbagi dalam 11 teras berundak. Teras pertama sekaligus halaman menuju pintu masuk merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur. Bangunan pada teras ke-11 berupa pagar keliling, delapan buah lingga patok, empat bangunan yaitu candi utama, dan tiga candi perwara. Peletakan bangunan pada tiap teras didasarkan atas kesakralannya. Bangunan pada teras tertinggi adalah yang paling sakral.
Ragam bentuk seni rupa dijumpai sejak pintu masuk bangunan yang tergolong candi Hindu ini. Tepat di atas pintu masuk terdapat kala makara dengan motif kepala ganda dan beberapa atributnya. Motif kepala ganda dan atributnya yang juga bisa dijumpai pada candi Buddha menunjukkan bahwa candi itu adalah bentuk akulturasi kebudayaan Hindu dan Buddha. Beberapa candi yang memiliki motif kala makara serupa antara lain Ngawen, Plaosan dan Sari.
Ada pula arca yang menggambarkan sosok perempuan dan laki-laki yang melayang dan mengarah pada sisi tertentu. Sosok tersebut dapat mempunyai beberapa makna. Pertama, sebagai suwuk untuk mngusir roh jahat dan kedua sebagai lambang persatuan Dewa Siwa dan Dewi Uma. Persatuan tersebut dimaknai sebagai awal terciptanya alam semesta. Berbeda dengan arca di Candi Prambanan, corak naturalis pada arca di Candi Ijo tidak mengarah pada erotisme.
Menuju bangunan candi perwara di teras ke-11, terdapat sebuah tempat seperti bak tempat api pengorbanan (homa). Tepat di bagian atas tembok belakang bak tersebut terdapat lubang-lubang udara atau ventilasi berbentuk jajaran genjang dan segitiga. Adanya tempat api pengorbanan merupakan cermin masyarakat Hindu yang memuja Brahma. Tiga candi perwara menunjukkan penghormatan masyarakat pada Hindu Trimurti, yaitu Brahma, Siwa, dan Whisnu.
Salah satu karya yang menyimpan misteri adalah dua buah prasasti yang terletak di bangunan candi pada teras ke-9. Salah satu prasasti yang diberi kode F bertuliskan Guywan atau Bluyutan berarti pertapaan. Prasasti lain yang terbuat dari batu berukuran tinggi 14 cm dan tebal 9 cm memuat mantra-mantra yang diperkirakan berupa kutukan. Mantra tersebut ditulis sebanyak 16 kali dan diantaranya yang terbaca adalah "Om Sarwwawinasa, Sarwwawinasa." Bisa jadi, kedua prasasti tersebut erat dengan terjadinya peristiwa tertentu di Jawa saat itu. Apakah peristiwanya? Hingga kini belum terkuak.
Inilah perjalanan
kami yang sangat seru. Terimakasih untuk Pak Peter dan Pak Cahyo yang
mau mengajak kami berwisata bersama dan anak-anak BLC Telkom walaupun
sebagain tidak ikut yang mau mengajak kami berwisata bersama.
Kenangan ini tidak akana saya lupakan dan akan saya ingat sebagai
cerita indah bersama kalian-kalian.
밼로연실 먹튀 : Best Online Pokies Casinos in 흡연실 먹튀 흡연실 먹튀 흡연실 먹튀 흡연실 흡연실 먹튀 흡연실 잔직무 카지노 카지노 카지노 카지노 168Best Canadian Sports Betting Sites (2021) - Bonuses
BalasHapus